6 Pemicu Yang Paling Membantu untuk Brand E-commerce

Ketika e-commerce tumbuh dengan pesat, pentingnya menjaga pelanggan agar tetap engaged juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Berkat teknologi marketing yang terus berkembang, ada banyak cara dan jalur untuk berhubungan langsung dengan pelanggan Anda. Terlepas dari domain e-commerce mana Anda berada, ada 6 marketing campaign yang dapat dilakukan oleh perusahaan e-commerce untuk menargetkan pelanggan mereka. Ini didasarkan pada perilaku pelanggan dan tersebar di seluruh saluran.

  1. Behavior-based Welcome Series: Waktu yang tepat untuk memulai segmentasi database Anda berdasarkan perilaku pengguna adalah dengan memulainya dari awal, sejak pengguna mendaftar di situs Anda. Siklus hidup pelanggan dapat bervariasi berdasarkan produk yang dijual oleh brand e-commerce. Mengingat produk yang katakanlah mengalami pembelian ulang pada periode waktu 30 – 60 hari, ketika pengguna mendaftar, kirimi mereka welcome mailer generic namun selanjutnya harus sepenuhnya berdasarkan perilaku pengguna tersebut. Komunikasi selanjutnya yang dikirim harus berdasarkan segmentasi dari pengguna saja menjadi pengguna transacted dan pengguna non-transacted.
  2. Automated Re-engagement triggers: Untuk segmen pengguna yang telah inactive untuk 35 hari terakhir atau lebih, kirimi mereka automated re-engagement series. Pengguna bisa saja yang dulunya pernah melakukan transaksi dan kemudian menjadi tidak aktif. Untuk mereka yang pernah melakukan transaksi dulu, disain automated flows berdasarkan pada pembelian pengguna sebelumnya dan special offer untuk mereka. Hal ini akan memberikan brand Anda menjadi top of mind bagi mereka. Anda dapat melakukan penargetan multi-channel berdasarkan channel mana yang paling disukai pengguna. Demikian pula, bagi mereka yang terdaftar namun belum melakukan transaksi, kirimi pesan “We miss you”, penawaran-penawaran menarik, diskon untuk pembelian Perdana, dan lain lain. Hal ini akan membantu membawa mereka kembali ke situs / aplikasi Anda.
  3. Transaction Triggered Series: Ketika pengguna menyelesaikan transaksi, kirimi mereka sebuah “Thank you” message. Setelah beberapa saat, kirimkan juga rekomendasi related products ke mereka. Anda juga dapat share blog dan tips yang bersangkutan, jadi cross-sell dan upsell terfasilitasi.
  4. Suggestion and Recommendations: Berdasarkan produk yang pengguna lihat, kirimi mereka produk rekomendasi dan saran. Ini akan drive cross selling dan upselling.
  5. Digestified Cart Abandonment Emails: Pengguna biasanya menambahkan item ke dalam cart belanja, namun tidak menyelesaikan transaksi untuk beberapa alasan. Kirimi email pengabaian keranjang yang dicerna dengan rincian produk.
  6. Replenishment Mailers: Ini adalah pengingat kepada pelanggan tentang repurchase item. Sebagai contoh, kepada pengguna yang membeli cartridge printer, Anda dapat mengirimkan mereka mailer setelah satu bulan berlalu dan meminta mereka mengisi kembali stok mereka.

Menyiapkan pemicu-pemicu ini akan membantu Anda dalam engaging pengguna Anda, mengubah pengguna yang tidak aktif menjadi pelanggan setia. Jadi, mulailah dengan campaign Anda!

Anonymous User Data – Sebuah Tantangan Bagi Setiap Modern Marketer

 

“Data kontak jenis apa yang Anda dapat?”

Itu adalah pertanyaan yang biasanya saya tanyakan ketika bertemu dengan client. Dan sebagian besar dari mereka menjawab “berbagai jenis data!”

Lalu apa selanjutnya? Izinkan saya memberikan Anda sebuah cerita ketika saya berbincang dengan seorang client.

Saya (setelah menanyakan pertanyaan dasar di atas) – Itu bagus! Informasi apa yang biasanya Anda kumpulkan?

Client – Kami juga mengumpulkan ID email pengguna atau nomor ponsel, atau keduanya. Tergantung pada jenis campaign atau initiative apa yang sedang kami jalankan dan jalur komunikasi yang kami gunakan untuk menjangkau pengguna.

Saya – Baiklah. Jadi apa primary key yang Anda tetapkan untuk kontak tersebut?

Client – Ya.. Jika pengguna menjadi pelanggan kami, maka kami menetapkan ‘ID Pelanggan’ untuknya. Jika tidak, nomor ponsel atau ID email menjadi identifier.

Saya – Itu berarti bahwa data calon pelanggan Anda sebagian besar tetap anonym karena tidak ada identitas digital yang ditetapkan.

Client – Sedihnya, iya..

Selain itu, kami juga mengumpulkan Browser Token IDs dari pengunjung website kami yang benar-benar anonym. Kami tidak memiliki nomor email atau nomor ponsel mereka. Demikian pula, untuk aplikasi seluler, ada banyak pengguna yang menggunakan aplikasi ini tanpa masuk log. Kami mengumpulkan ID token aplikasi mereka, namun kami tidak mendapatkan identitas digital lainnya. Penanganan data yang tidak lengkap seperti ini sangat menantang bagi kami.

(selesai)

Mari kita buat menjadi simple. Berikut adalah jenis-jenis database yang Anda harus cari:

  1. Customer ID
  2. Only email ID
  3. Hanya nomor ponsel
  4. Email ID dan nomor ponsel
  5. Hanya browser token ID
  6. Hanya mobile token ID

Kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah untuk dapat menyatukan data diskrit yang diklasifikasikan di atas dengan cara dimana tidak ada duplikasi data.

Berikut adalah cara membangun basis data yang kuat dan berguna jika data yang ada hanya berupa email ID, hanya nomor ponsel, atau email ID dan nomor ponsel.

Bagi seorang marketer, identitas digital pengguna yang paling penting didasarkan pada jenis industru atau domain. Untuk merek perbankan atau asuransi, nomor ponsel pengguna mungkin lebih penting daripada email ID, sedangkan untuk merek e-commerce atau maskapai penerbangan, email ID mungkin adalah data pengguna yang paling penting. Atribut terpenting dari kontak Anda harus diperlakukan sebagai kunci utama, yaitu unique identifier dari database, sementara atribut lainnya dapat menjadi identifier sekunder.

Selain itu, kita harus menjalankan aktivitas enrichment data dimana kita mengumpulkan jumlah pelanggan nomor telp seluler dari pelanggan yang memiliki email ID dan sebaliknya. Aktivitas ini sebenarnya bisa diotomatisasikan dengan Netcore Smartech.

Ketika Anda hanya memiliki Browser Token ID atau App Token ID

Browser ID dan app token ID membuka jalan untuk menargetkan kontak anonym melalui channel seperti browser push notifications, app push notifications dan in-app messages. Melalui pemasaran yang strategis dan kuat, marketer dapat meyakinkan kontak anonym untuk berbagi informasi identitas mereka.

Email ID atau nomor ponsel yang diterima dapat dipetakan ke browser ID atau app token ID. Kini, yang dilengkapi dengan identitas pengguna, Anda juga dapat back-track perilaku pengguna website dan apps anonym serta menargetkan mereka secara efektif melalui beberapa channel.

Diagram berikut menjelaskan bagaimana atribusi cloud-based Marketing Automation Solution Netcore Smartech kami dapat mengidentifikasi identitas digital beberapa pengguna yang tidak login yang juga akan membantu Anda memetakannya ke browser ID dan token ID.

Untuk menutupnya, saya akan mengatakan bahwa tidak peduli apa pun sumber prospeknya, Anda harus terus-menerus menyatukan data, memahaminya dan menggunakannya untuk merancang campaign marketing berbasis data yang tersegmentasi.

Bagaimana Cara Menciptakan Cross-Channel Stratregi Marketing Terintegrasi?

Pemasaran Digital berkembang dengan cepat dan faktor utama yang mendorong evolusi didasarkan pada bagaimana orang merespons marketing campaign yang efektif. Jadi untuk lebih memahami bagaimana Anda dapat menciptakan strategi Integrated Digital Marketing yang efektif, mari kita coba untuk mendefinisikan channel mix yang tepat.

Apa itu Channel Mix?

Channel mix adalah kombinasi antara menargetkan orang yang tepat, melalui channel yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan frekuensi yang tepat.

Agar berhasil menerapkan Cross-Channel plan yang efektif, marketer perlu memahami dua hal:

Channel mana yang membantu untuk engage dan menciptakan active users?

Channel mana yang benar-benar mendorong dampak bisnis (terutama ROI)?

Marketer yang tidak dapat memahami hal di atas, sering kali menghabiskan jutaan dolar untuk menciptakan apa yang disebut – NOISE, bukan AWARENESS.

Pakar Smart Marketing Technology sekarang hadir dengan out-of-the-box Digital Campaign Terintegrasi dengan bantuan alat Marketing Automation yang membantu mendapatkan pandangan terpadu dari customer dan mengukur channel yang berdampak tinggi.

Berikut adalah 4 langkah mudah untuk menciptakan strategi cross-channel yang efektif:

Cari tahu kunci channel-channel yang dapat dikonversi

Anda perlu melacak beberapa aktivitas yang dilakukan oleh customer Anda di seluruh channel. Seorang user mungkin mengunjungi website Anda tanpa membeli apapun, namun mungkin saja mengklik push notification yang kemudian diarahkan pada aplikasi dan pembelian produk. Mempelajari perilaku pengguna dapat membantu Anda menciptakan audiens yang mirip dan menargetkan user serupa dengan perlakuan dan cara yang sama.

Tentukan dan pahami target audiens Anda

Banyak marketer mengelompokan user berdasarkan demografi dan produk yang mereka beli, namun ada baiknya apabila dapat mengetahui dan memahami perilaku user tersebut. Segmentasi berdasarkan campuran perilaku dan demografi dapat membantu Anda menciptakan target pemirsa yang sempurna. Selanjutnya, memanfaatkan data historis dapat memungkinkan Anda memahami jenis konten apa yang akan bekerja dengan baik.

Pertahankan konten dan strategi digital Anda tetap selaras

Targeting, re-targeting dan amplifikasi adalah bahan utamanya. Dengan perpaduan campaign organic dan promosi yang efektif, ramuan utama Anda akan selalu disinkronkan dengan baik. Konten memainkan peran penting di sini – strategi konten Anda harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan berbagai tahap customer engagement yang Anda miliki dalam strategi digital Anda.

Ideate, Implement, Execute, Analyse dan Optimize

Ini adalah saat terbaik bagi marketer karena ada beberapa tools Analytics, Marketing Automation dan Optimization terbaik bersama dengan beberapa pakar Marketing Technology hebat yang ada saat ini. Sebuah studi yang dilakukan oleh Forrester menunjukan bahwa “sebagian besar (78%) perusahaan percaya bahwa cross-channel marketing itu sangat penting, lebih dari 50% masih percaya bahwa upaya marketing mereka saat ini gagal karena kurangnya analisis yang menyediakan data cross-channel”. Jadi, mengukur kinerja campaign merupakan bagian penting dari proses ini yang memungkinkan Anda menghasilkan konten yang lebih cerdas dan result driven.

Bagi Digital Marketer dan Marketing Technologists, memberikan customer pengalaman yang “WOW” adalah segalanya.

Jika Anda butuh strategi cross-channel marketing terintegrasi dengan segera, jangan ragu untuk menghubungi kami!

 

 

 

Source:

netcore.in

 

Bagaimana Mengukur Kesuksesan dari Transactional Email Anda?

Artikel ini diperuntukan bagi orang-orang yang menganggap transactional email sebagai ikan kecil di kolam besar. Mengapa Anda tidak melacak keberhasilan transactional email Anda? Mungkin ada dua alasan – entah Anda tidak memiliki mekanisme pelacakan atau Anda mengabaikan transactional email tanpa alasan. Beberapa perusahaan juga menganggap transactional email sebagai sekedar pemberitahuan. Tapi sangat disayangkan jika tidak tahu nilai sebenarnya dari transactional email. Bisnis Anda bisa mengalami kemacetan jika transactional email tidak sinkron dengan pilihan customer.

Ada hal yang sangat penting yang harus Anda pelajari. Kita berbicara tentang perbedaan antara ‘deliver‘ dan ‘deliverability‘. Transactional email yang ter-deliver berarti ISP telah menerimanya. Yang biasanya terjadi dengan sukses. Tapi bagaimana dengan deliverability? Mari kita bicara tentang deliverability email yang merupakan keberhasilan masuk ke inbox customer.

Berikut adalah empat hal mudah yang harus dilakukan untuk meningkatkan transactional email Anda.

  1. Inbox Placement Rate

Hanya Tuhan yang tahu jika transactional email Anda mengalami bounce atau masuk ke dalam folder spam customer. Agar transactional email masuk ke dalam folder inbox email adalah hal yang tersulit. Email Service Provider (ESP) memastikan email yang masuk ke dalam inbox pengguna adalah berisikan konten yang memang memiliki value untuk pengguna melalui metode email filtering yang terus-menerus dikembangkan. Selain itu, faktanya adalah satu dari lima email komersial gagal mencapai inbox. Dalam situasi sulit seperti ini, dimana ESP tidak peduli dan tidak memberi Anda pengetahuan tentang inbox placement rate, bagaimana Anda bisa mengukur kesuksesan dari transactional email Anda?

Pertama dan yang terpenting: Temukan transactional email yang paling penting yang dikirim ke customer. Setiap bisnis mengirimkan setidaknya satu email kepada customer. Baik itu OTP email untuk melengkapi transaksi, email pemulihan password atau email verifikasi untuk membuat akun. Petakan customer journey, catat semua touch points dan koneksi di antara mereka. Sekali Anda mengetahui polanya, Anda akan dapat mengantisipasi tindakan customer berikutnya. Langkah selanjutnya adalah melacak open rate dari beberapa email. Click-through-rate akan mewakili sebagian besar dari customer, baik yang click pada link atau call to action melalui email. Email Anda harus memiliki CTA yang menarik yang seharusnya disukai dan diclick. Email yang pendek, simple dan personal akan memiliki open rate yang tinggi sebagaimana seperti dari seseorang yang customer kenali.

  1. Email Volumes

Kita semua setuju bahwa terlalu banyak email adalah gangguan yang besar. Kami melihat banyak pengguna yang berhenti subscribe dari daftar email marketing karena volume email yang besar. Akan terlihat bijaksana jika memberikan pembaca suatu cara untuk memudahkan mereka untuk menghapus transactional email seperti update akun dan notifikasi social media. Belajarlah menyukai unsubscribe karena sebenarnya Anda memang tidak butuh subscriber yang tidak tertarik. Namun apakah volume email akan melambat? Tidak, justru akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Bagaimana email yang Anda kirim dapat menonjol dan menarik di inbox customer yang penuh sesak perlu dipikirkan. Anda perlu menganalisa volume dari transactional Anda. Transactional email dapat bervariasi dari email selamat datang dan pesan peringatan untuk reset password dan email pengabaian cart. Anda harus mengerti email volume berdasarkan aktivitas dan flow bisnis Anda. Anda harus memetakan transactional email untuk meningkatkan customer journey. Hal ini cukup mengkhawatirkan jika customer Anda menerima sejumlah besar hanya dengan menambah domain. Anda harus memudahkan proses atau langkah yang rumit sebisa mungkin. Apakah Anda mengirimkan email selamat datang ketika seseorang bergabung? Sekarang, hal tersebut mudah sekali dengan adanya marketing automation. Singkatnya, untuk customer Anda yang menambahkan domain, harus sesederhana menerima email selamat datang.

  1. Return of Investment (ROI)

Menurut Anda siapa yang mengirimkan transactional email? Jelas bukan orang marketing tetapi orang IT, operation dan tim lainnya. Anda perlu terhubung secara emosional dengan customer untuk meningkatkan ROI. Mari lihat dua template email berbeda, kami menguji apakah tipe A atau B meningkatkan sales.

  1. We Really Want You

Dear John,

Apakah Anda masih memutuskan untuk membeli beberapa barang yang Anda tinggalkan selagi berbelanja. Silahkan minta pertolongan apabila dibutuhkan. Anda dapat menyelesaikan pesanan Anda sekarang.

  1. Call to Action

Dear John,

Kami melihat bahwa Anda telah meninggalkan barang-barang Anda pada keranjang belanja. Cepat dan selesaikan pesanan Anda dalam waktu 24 jam untuk mendapatkan diskon 20%. Lakukan sekarang sebelum terlambat.

Sekarang Anda dapat memutuskan transactional email seperti apa yang akan lebih berhasil. Anda dapat memenangkan kembali customer dengan secara emosional terhubung dengannya atau dengan menciptakan sense of urgency.

Leads generated who turned into customers

Menciptakan arus revenue dengan memberikan penawaran terbaik bagi customer Anda adalah ide cemerlang. Mengukur open rate pada email selamat datang juga merupakan solusi yang bagus. Jika open rate pada email selamat datang tinggi, maka konversikan mereka ke dalam revenue dengan menawarkan diskon lebih. Monitor customer yang telah melakukan pembelian. Ini juga akan membantu Anda untuk mengetahui customer Anda lebih baik. Analisa touch point dari transactional email Anda. Hal tersebut akan membawa sesuatu yang baru. Anda akan mengetahui kebutuhan subscriber Anda untuk menjadi customer. Teruslah meyediakan nilai lebih pada setiap perhentian untuk mengubah calon customer menjadi real customer.

  1. Bounce Management

Apakah ada filter untuk transactional email? Namun bagaimana itu mungkin? Terkadang customer akan segera melakukan tindakan pada pendaftaran akun dan lupa email juga passwordnya. Sementara beberapa customer akan menyimpan transactional email di inbox mereka dan membuat to-do-list. Beberapa customer mungkin menggunakan aplikasi untuk menyimpan data pada transactional email. Bagaimanapun juga, jika transactional email terlihat seperti promosi, maka customer tidak akan ragu menandainya sebagai spam, meski secara teknis adalah transactional. Sayangnya, email tidak harus selalu spam untuk dapat di-blacklist atau di-block.

It is frustrating to see my email bounce!

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengukur tingkat bounce email. Metrik penting ini dapat mencakup banyak aspek bisnis Anda. Buatlah sistem manajemen solid untuk bounce email. Bahkan sebelum berbicara tentang sistem bouncing, Anda harus membangun reputasi yang sangat baik agar email Anda dapat masuk inbox. Kembali ke sistem yang harus blacklist semua email yang bounced dari daftar email Anda kedepannya. Daftar email Anda harus terus berkembang sehat dengan semua pengguna yang engaged. Jangan lupa untuk menghapus orang-orang yang tidak membuka transactional email Anda dalam beberapa bulan. Lacak pengguna yang telah unsubscribe dari daftar email dan cari tahu alasannya.

Hal penting lainnya adalah transactional email sensitif terhadap waktu. Timing email Anda harus tepat dan email harus tersampaikan sesegera mungkin setelah trigger event.

Contoh: Email seperti selamat datang dan konfirmasi, reset password dan peringatan keamanan, dll. Hasil dari pengiriman email yang tepat waktu akan meningkatkan kepercayaan untuk men-drive langkah-langkah selanjutnya yang dibutuhkan.

 

Conclusion

Anda suka menghabiskan waktu untuk tidak hanya memoles halaman web Anda, tetapi juga dalam merancang email yang mencolok dan ajakan bertindak. Anda bahkan akan pusing dalam merancang newsletter. Transactional email Anda juga pantas mendapatkan perhatian yang sama. Jangan hanya mengatur dan melupakannya. Teruslah tingkatkan transactional email Anda!

 

Source:

www.netcore.in